Revolusi Spanyol yang Dikhianati

Pada tahun 1931, rakyat pekerja Spanyol mencetuskan terbentuknya Republik Spanyol, yang merupakan gentang lonceng pertama dari Revolusi Spanyol yang berlangsung sampai pada 1937. Karena pengkhianatan dari kaum Stalinis – dan juga peran menyedihkan dari kaum Anarkis – Revolusi ini dikalahkan. Berikut merupakan salah satu tulisan Alan Wood mengenai Revolusi Spanyol. Tulisan yang dibuat pada tahun 1986 ini merupakan bagian kesimpulan dari rangkaian tulisan mengenai Revolusi Spanyol 1931-1937.

Kemenangan Franco bukanlah suatu hal yang tak terelakkan. Adalah fakta yang jarang disadari bahwa kelas penguasa Spanyol, setelah menempuh perang saudara, hanya sejengkal jauhnya dari kehilangan segala yang pernah dimilikinya.

Tak diragukan lagi bahwa kelas buruh sudah menghantam kaum fasis --sebagaimana yang mereka berhasil lakukan di Catalonia -- dan siap menerapkan perubahan masyarakat dengan satu prasayarat -- asalkan para pimpinan pekerja menganut kebijakan revolusioner.

Jalannya perang seharusnya direbut dari kaum politisi kapitalis pengkhianat. Sumber daya Spanyol: tanah, pabrik, bank, sudah sepatutnya direbut oleh buruh dan tani. Massa harus dipersenjatai untuk membela pencapaian sosialnya dan kepemimpinan perjuangan harus ada di tangan perwakilan yang dikenal dan dipercaya mengemban amanat kelas pekerja.

Namun menteri-menteri kapitalis liberal tidak akan pernah dapat menerima progam demikian -- mereka berpandangan lebih baik menyerahkan Spanyol ke tangan kaum fasis daripada membiarkan kaum buruh dan tani untuk mengambil alih serta menjalankan masyarakat.

Ketidakmauan dan ketidakmampuan kaum Republikan untuk memerangi kaum fasis sudah tampak semenjak awal. Perilaku pengecut dan pengkhianat dari para pemimpin Republikan di hadapan kudeta, sensor mereka terhadap berita, dan penolakan untuk mempersenjatai kelas pekerja bukanlah tanpa alasan. Semua itu mengalir dari sudut pandang kelas mereka.

Namun para pimpinan Sosialis dan Komunis terus saja menopang menteri-menteri Republikan dengan otoritasnya. Barulah pada September 1936, Largo Caballero, pimpinan Sosialis kiri, menduduki kursi Perdana Menteri, di bawah tekanan massa.

Peran yang paling berbahaya dalam situasi ini dimainkan oleh para pimpinan Partai “Komunis”, yang menerima perintah mereka dari Moscow. Stalin ketakutan atas kemungkinan menangnya revolusi pekerja di Spanyol.

Suatu contoh demokrasi buruh yang sehat di Spanyol akan memberikan dampak kuat bagi buruh Rusia yang semakin resah gelisah di bawah beban rezim birokratis totaliter.

Maka bukanlah kebetulan kalau Stalin melancarkan pengadilan pembersihannya pada saat itu. Pemberantasan berdarah-darah terhadap semua orang yang pernah memiliki hubungan dengan tradisi-tradisi demokratis dan internasionalisnya Lenin serta Revolusi Oktober merupakan “perang saudara sepihak” yang dilancarkan birokrasi Stalinis terhadap Bolshevisme. Hal demikian dimaksudkan sebagai serangan pencegahan untuk menangkal bahaya kebangkitan oposisi Leninis di Rusia yang diilhami oleh gerakan kelas pekerja Spanyol.

Dengan mencampakkan kebijakan internasionalis revolusioner Lenin, yang melandaskan pertahanan Uni Soviet secara fundamental atas dukungan dari kelas pekerja sedunia dan kemenangan sosialisme secara internasional, birokrasi Rusia mencoba meraih dukungan dari negara-negara kapitalis yang “baik” dan “demokratis” (seperti Inggris dan Perancis) untuk melawan Hitler.

Bahkan pada suatu titik mereka juga pernah mendukung fasisme Italia yang “baik” melawan fasisme Jerman yang “buruk”! Pencekikan revolusi Spanyol dengan demikian memberikan keuntungan tambahan untuk membuktikan “reputasi” Stalin terhadap London dan Paris.

Kebijakan sebenarnya dari kaum kapitalis Inggris dan Perancis sebenarnya tidak didekte oleh kecintaan mereka pada “demokrasi” melainkan oleh kepentingan-kepentingan kelas, dan lebih dari segalanya, oleh ketakutan mereka atas revolusi di Spanyol. Dengan bersembunyi di balik kebijakan “non-intervensi” mereka secara munafik menutup mata pada bantuan yang dengan terang-terangan diberikan oleh kaum fasis Jerman dan Itali terhadap Franco.

Kebijakan Stalin

Stalin mengirim suplai persenjataan terbatas ke Spanyol -- yang tidak cukup untuk meraih kemenangan untuk mengalahkan Franco namun lebih dari cukup untuk membantu kaum Republikan yang bersekutu dengan kaum Stalinis Spanyol -- untuk membangun kembali mesin negara kapitalis yang sebelumnya hancur lebur.

Para pimpinan Partai “Komunis” Spanyol menjadi pelayan yang paling bernafsu terhadap “hukum dan ketertiban” kapitalis. Di bawah slogan “menangkan dulu perang baru revolusi”, mereka secara sistematis menyabotasi semua gerakan independen buruh dan tani.

Kaum Stalinis Spanyol, yang dulunya menentang gagasan kaum sosialis harus mengambil alih pemerintahan, dan lebih memilih mendukung Republikan dari luar, malah menekan Largo Caballero untuk mencampakkan kebijakan-kebijakan sosialis yang dulunya ia pertahankan, walau hanya dalam kata-kata.

Sementara, para pimpinan anarkis CNT, yang menolak mendirikan pemerintahan buruh di Catalonia, dimana kekuasaan ada di tangan kelas pekerja, akhirnya mereka mencampakkan semua gagasan mereka sebelumnya dan berbalik 180 derajat dengan bergabung dengan pemerintah front popular kapitalis.

Teori-teori anarkisme, sebagaimana yang dikatakan oleh Trotsky, menyerupai suatu payung yang bocor. Tidak berguna saat diperlukan.

Semua kekuatan masyarakat lama telah berkomplot untuk mengalahkan gerakan gagah berani dari kelas pekerja Spanyol. Di saat-saat yang menentukan, para pimpinan organisasi-organisasi buruh malah menyerah dan menyeberang ke kubu kapitalis. Mereka melakukan pembenaran atas politik kolaborasi kelas mereka di atas landasan kebutuhan untuk memerangi fasisme, “demi demokrasi”. Kelas pekerja memahami kebutuhan untuk melawan fasisme dan mempertahankan hak-hak demokratis yang mereka menangkan dalam perjuangan melawan para majikan, bankir, dan kapitalis yang sangat “Republikan”.

Menyangkut pertanyaan bagaimana kemenangan harus diraih, Trotsky menjawabnya sebagai berikut:

“Kalian sudah benar dalam memerangi Franco. Kita harus membasmi kaum fasis namun bukan untuk kembali ke Spanyol yang sama sebelum perang saudara, karena Franco sepenuhnya datang dari Spanyol yang lamai ini. Kita harus membasmi landasan Franco, landasan sosial Franco, yaitu sistem sosial kapitalisme.” (Revolusi Spanyol 1931-1939, hal. 255)

Pada tahun 1936 kita menyaksikan kaum Sosialis dan Komunis bersatu bukan dengan “kaum kapitalis progresif” namun dengan hantu kapitalis progresif yang sebenarnya tidak ada. Karena kelas kapitalis, bankir, dan tuan tanah kebanyakan telah kabur dan menyeberang ke pihak Franco sejak permulaan perang saudara.

Satu-satunya kekuatan sosial yang tetap tinggal untuk berperang melawan fasisme adalah kelas pekerja dan kaum tani. Apa yang mereka perjuangkan sehingga mereka memutuskan berperang? Apakah untuk “Republik”? Namun Republik kapitalis telah gagal memecahkan permasalahan-permasalahan mendasar buruh dan tani.

Bukan untuk apa-apa kalau kaum fasis secara demagogis terus menerus menyerukan “Que te da a comer la Republica?” (Republik beri kalian makan apa?)

Cara untuk mengalahkan Franco bukanlah dengan beraliansi dengan kaum kapitalis “liberal” – yang terus berusaha keras mencapai kesepakatan dengan kaum fasis -- namun dengan menghubungkan perjuangan militer melawan fasisme dengan perjuangan revolusioner demi demokrasi sejati, yaitu demokrasi buruh!

POUM (Partai Buruh Persatuan Marxis) merupakan partai yang, dalam kata-kata, memperjuangan kebijakan sosialis. Namun kurangnya kejernihan teoritis dan tidak konsistennya Nin, Andrade, dan para eks-Trotskis pimpinan POUM terbukti fatal bagi perjuangan kelas pekerja.

POUM membiarkan dirinya dijebak dalam kementerian Front Popular, bergabung dengan pemerintahan Catalan. Andres Nin, sangat ironis nasibnya, malah menjabat menjadi anggota majelis keadilan.

Para pimpinan POUM secara naif mencoba membujuk Front Popular Catalan untuk menempuh jalan revolusi dari dalam pemerintahan. Mereka mengerdilkan dirinya sendiri ke dalam peran penasehat gratis bagi kaum kapitalis dan politisi reformis alih-alih melaksanakan politik kelas yang independen.

Kebingungan

Politik dan kebijakan POUM membingungkan kelas pekerja yang bergerak ke kiri, yang mencari kepemimpinan darinya. Lapisan luas buruh CNT yang anarkis -- terutama kalangan pemudanya – menjadi muak melihat para pimpinan mereka yang kolaborasionis dan ingin mencari alternatif lain. Namun dengan bergabung dengan Front Popular, para pimpinan POUM telah membuang kesempatan berharga untuk menyediakan alternatif tersebut.

Di bawah tekanan dari kaum Stalinis, Largo Caballero setuju untuk menggantikan milisi buruh dengan “tentara reguler”. Dengan berdalihkan ini, mereka melikuidasi capaian-capaian revolusi dan menjalankan tugas algojo terhadap kelas pekerja yang mencoba mempertahankan diri melawan kontra-revolusi.

Peran kontra-revolusi yang utama dimainkan oleh Partai “Komunis”, khususnya di Catalonia.

“Anggota Komunis meningkat secara signifikan mencapai 250.000 orang pada akhir 1936. Dukungan Partai Komunis terhadap hak milik pertanian dan penentangannya terhadap revolusi dimanapun merupakan penyebab kenaikan anggota ini. Seorang penulis Catalan, Jose Austin Goytisolo, menulis bahwa ayahnya yang merupakan orang sayap kanan telah bergabung dengan Partai Komunis Catalan (PSUC) karena ingin mendapatkan perlindungan dari kaum anarkis yang ingin mengambil alih pabrik dimana dia bekerja sebagai seorang insinyur.”

“Jose Diaz melaporkan pada Komite Sentral Komunis di bulan Maret bahwa tidak kurang dari 76.000 orang (hampir sepertiga) anggota partai adalah pengusaha pertanian dan 15.482 (6,2%) adalah kelas menengah perkotaan. Dengan demikian ada lebih banyak pengusaha pertanian daripada buruh tani, suatu situasi yang luar biasa.” (Hugh Thomas, Perang Saudara Spanyol, hal. 522).

Mesin negara kapitalis lama di Catalonia sebelumnya telah dihancurkan oleh kelas pekerja di bulan Juli 1936. Kaum Stalinis PSUC sekarang membantu kaum borjuis nasionalis Catalan untuk kembali membangun basis kekuatannya. Untuk melakukan ini, kaum anarkis dan kaum pekerja POUM harus dihancurkan. Peran algojo inilah yang dimainkan oleh kaum Stalinis.

Hingga akhir 1936 mereka terus beragitasi mendukung pembubaran komite-komite pekerja di bawah slogan: “Semua kekuasaan untuk Generalitat (pemerintah kapitalis Catalan). Comorera, Menteri Pangan Stalinis, telah membubarkan komite-komite roti yang dikuasai oleh kaum buruh anarkis, yang mengendalikan bagian penting distribusi makanan. Perlahan-lahan, elemen-elemen kontrol buruh telah dihancurkan.

Sebagaimana yang terjadi di tiap revolusi yang mulai surut, kelas pekerja menyadari bahwa kekuasaan mulai lepas dari tangan mereka. Sementara itu para pimpinan anarkis CNT tidak melakukan apapun untuk menghentikan serangan yang dilakukan oleh Kaum Stalinis.

Perbedaan internal mulai muncul di kalangan pengurus kaum buruh anarkis. Kelompok “Friends of Durruti” merepresentasikan tendensi revolusioner sejati yang muncul di tengah proses memisahkan diri dengan anarkisme dan bergerak mendekati Marxisme. Seandainya saja para pimpinan POUM tetap mempertahankan politik dan kebijakan revolusioner, maka mereka mungkin dapat memenangkan mayoritas aktivis CNT.

Namun tidak adanya politik kelas yang mandiri, ilusi yang memalukan terhadap front popular, dan kebimbangan sentris terus menerus berarti bahwa POUM, pada saat-saat yang menentukan, memainkan peran yang fatal. Hingga momen terakhir, para pimpinan POUM terus mengantungkan dirinya pada politik kolaborasi dengan orang-orang yang melaksanakan kontra-revolusi, yaitu PSUC.

Meskipun mereka telah diusir dari pemerintahan Front Popular akibat desakan kaum Stalinis, mereka masih saja menuntut masuk kembali. Laksana Hilferding, yang pada saat revolusi Jerman tahun 1918 menganjurkan “pernikahan” antara soviet atau dewan-dewan pekerja dengan parlementarisme kapitalis, para pimpinan POUM mengajukan gagasan naif berupa suatu konferensi spesial yang diselenggarakan oleh pemerintahan Generalitat kapitalis untuk membentuk soviet!

Hal ini mengesampingkan detil minor bahwa Generalitat, sebagai poros kontra-revolusi, ingin menghancurkan elemen-elemen soviet, yaitu dewan-dewan pekerja yang sebelumnya sudah terbentuk.

Hari-Hari Mei Barcelona

Setelah menyiapkan reaksi selama enam bulan lamanya, maka pada Mei 1937 Kaum Stalinis mulai menyerang. Kaum buruh anarkis sebelumnya telah merebut dan mengambil alih kantor telepon Barcelona selama insureksi 1936. Kini Kaum Stalinis mengerahkan pasukan dan tank-tank untuk merebutnya.

Kaum buruh anarkis melawan. Pemogokan massa diserukan dan barikade-barikade didirikan di seluruh penjuru Catalonia. Suatu upaya untuk menggunakan Brigade Internasional untuk melawan kaum buruh Barcelona digagalkan oleh keengganan Brigade Internasional untuk campur tangan. Sekali lagi kekuasaan berada di tangan proletar Catalonia.

Ini adalah kesempatan terakhir untuk mengobarkan revolusi di Spanyol. Dengan kepemimpinan yang tepat maka Hari-Hari Mei sudah pasti akan membuahkan kemenangan bagi kelas pekerja. Namun setelah peristiwa itu, koran Solidaridad Obrera, yakni koran kaum anarkis, menyatakan: “Kalau kita ingin merebut kekuasaan, kita bisa saja meraihnya dengan pasti di bulan Mei. Namun kita tidak setuju dengan kediktatoran.”

Suatu fakta yang menjijikkan bahwa ternyata para pimpinan CNT dan POUM adalah pihak yang menyelamatkan negara kapitalis tiap kali negara itu berada di ambang bahaya penggulingan. Para pimpinan anarkis, Garcia Oliver dan Federica Montseny malah menyerukan para pekerja untuk meletakkan senjata dan kembali bekerja. Pusat anarkis, Casa CNT, juga malah memerintahkan para pekerja untuk meninggalkan barikade.

Selama empat hari kelas pekerja secara efektif menguasai Barcelona.

"Seandainya saja POUM menyerukan kelas pekerja untuk mengambil kekuasaan, maka tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Suatu contoh keberadaan pemerintahan revolusioner buruh dan tani di Catalonia pasti akan menjalar seperti kobaran api yang membakar seluruh Spanyol.

“Seandainya saja POUM merebut kekuasaan mereka bisa menawarkan front persatuan melawan Franco ke pemerintahan di Madrid. Karena sesungguhnya pemerintah Madrid tidak memiliki pasukan sama sekali yang bisa mereka andalkan. Dengan cepat massa di Madrid, Valencia, dan di garis depan lainnya akan bersatu di bawah bendera Sosialisme yang berkibar di Barcelona. Kekuasan pemerintahan Madrid sudah pasti akan runtuh dan meluruh.” (Ted Grant, Revolusi Spanyol 1931-1937, halaman 56)

Kekalahan kaum proletar Barcelona mengakibatkan meletusnya orgi-kontra-revolusi. Kaum Stalinis mulai membekuk kaum Anarkis dan POUM serta melucuti kelas pekerja. Komite-komite pekerja dan kolektif-kolektif pekerja mulai dihancurkan. POUM dinyatakan ilegal dan difitnah telah berkomplot dengan Franco. Nin dan para pimpinan lainnya disiksa secara kejam dan dibunuh oleh agen-agen Stalin di Spanyol.

Largo Caballero berupaya memprotes tindakan-tindakan kaum Stalinis di Catalonia. Ini mengakhiri nasibnya. Kaum Stalinis bersekutu dengan kaum Sosialis sayap kanan yang dipimpin Prieto untuk memprovokasi krisis kabinet yang berujung pada jatuhnya Caballero.

Cabellero kemudian digantikan oleh Sosialis sayap kanan Juan Negrin, yang dijelaskan oleh Hugh Thomas sebagai “lelaki grande borjuasi, penjaga kepemilikan swasta, dan penjaga kapitalisme.” (Perang Saudara Spanyol, halaman 667). Di bawah Negrin kaum Sosialis Kiri dan Kaum Anarkis secara sistematis diburu, disingkirkan, dan dibersihkan dari tiap jabatan dan posisi-posisi yang diembannya.

Membangun Kembali Negara Kapitalis

Dengan bantuan antusias dari kaum “Komunis”, Negrin membangun kembali aparatus negara kapitalis dan menempatkan angkatan bersenjata di bawah kendali para perwira militer yang “loyal” (baca: reaksioner pro-kapitalis) seperti Jenderal Miaja yang memiliki kartu keanggotaan Partai Komunis (pada kenyataannya dia punya kartu anggota semua partai lainnya juga).

Hakim-hakim lama, kepala-kepala kepolisian, sipir-sipir penjara dan pejabat-pejabat pegawai negeri keluar dari tempat persembunyian mereka. Para pengacara radikal yang dianggap terlalu simpatik pada tujuan-tujuan perjuangan kelas pekerja, dipecat seluruhnya. Kolektif-kolektif kaum tani dibubarkan dan para pimpinannya dijebloskan ke dalam penjara.

Awal April 1937, Leon Trotsky memperingatkan bahwa demokrasi kapitalis di Spanyol sudah hancur terlepas siapapun pihak yang memenangkan perang. Alur pemikiran Negrin tampak bahkan sebelum dia meraih kekuasaan, ketika dia mengatakan bahwa Spanyol “membutuhkan kediktatoran dengan aturan-aturan demokratis [!] yang akan menyiapkan rakyat bagi masa depan.” Prediksi Trotsky terbukti oleh peristiwa-peristiwa selanjutnya.

Pemerintahan Negrin, yang ironisnya dijuluki Partai Komunis sebagai “pemerintahan kemenangan”, mengalamai serangkaian kekalahan militer. Semangat kelas pekerja telah dipatahkan oleh likuidasi capaian-capaian revolusi.

Kenyataannya, pemerintahan Republikan memang tidak mencari kemenangan militer namun mencari kesepakatan dengan Franco. Prieto, sang Sosialis kanan, diam-diam menawarkan koalisi kepada kaum fasis antara Gil Robles dan dirinya sendiri. Namun pada titik itu Franco tidak memiliki niatan untuk memberikan konsesi sama sekali.

Serangan ofensif Ebro malah berakhir dengan kekalahan sehingga mengakibatkan Catalonia ada di bawah belas kasihan Franco. Penghancuran kaum pekerja Barcelona telah menghancurkan semangat tempur ibukota, yang segera jatuh pula ke tangan fasis, yang selanjutnya melancarkan penindasan yang mengerikan.

Sebagaimana yang telah diperkirakan Trotsky, kekalahan kelas pekerja secara tak terelakkan akan memicu kemenangan kontra-revolusi, bahkan bila pihak Republik yang memenangkan peperangan. Kaum Stalinis telah membantu membangun kembali negara kapitalis dan mengembalikan angkatan bersenjata ke para pejabat militer lama. Mereka inilah yang pada selanjutnya menendang kaum “Komunis” dan menjalankan kudeta di garis belakang.

Jenderal Casado dan Miaja (masih mengantongi kartu anggota Partai Komunis) berkonspirasi dengan Negrin untuk membuat ilegal partai “Komunis” dan mencoba mencapai kesepakatan dengan Franco. Casado bahkan memberi tawaran untuk menangkap para pimpinan Partai Komunis dan pimpinan-pimpinan lainya untuk diserahkan kepada Franco.

Para pimpinan Sosialis sayap Kanan seperti Besteiro juga terlibat dalam perkomplotan ini. Besteiro bahkan menawarkan untuk menghadap dan menyerah kepada Franco secara langsung.

La Pasionaria dan para pimpinan Stalinis lainnya akhirnya kabur ke Perancis dan meninggalkan para anggota bawahan Partai Komunis. Partai “Komunis” membayar pengkhianatannya dengan penghancurannya bukan oleh tangan Franco namun oleh tangan-tangan Jenderal dan para Politisi Republikan “demokratis” dan “progresif” yang mereka pasang di kursi kekuasaan.

Dengan pemberantasan kaum Stalinis, Jenderal Casado mencoba berunding dengan Franco. Namun sekarang sudah tidak ada yang bisa dirundingkan. Tengah hari, 27 Maret 1939, pasukan Franco berhasil menduduki Madrid tanpa perlawanan sama sekali. Negrin, Prieto, dan para pimpinan Sosialis sayap kanan lainnya naik pesawat dan kabur ke Meksiko dengan memboyong banyak emas dan batu mulia, bekal cukup untuk hidup mewah di pengasingan sementara para pengurus Sosialis yang tersisa di Spanyol hanya bisa mengharap belas kasihan dari algojo-algojo Franco.

Sementara itu Besteiro tetap tinggal, bodohnya dia berharap bahwa dia akan diampuni namun ia berakhir dibui dan meninggal dalam penjara. Sementara itu Largo Caballero bersama dengan ribuan pengungsi Spanyol, tertangkap saat invasi Jerman berhasil menduduki Perancis, dan mereka dikirim ke kamp-kamp konsentrasi Nazi.

Represi Franco

Kelas pekerja Spanyol membayar harga yang sangat mahal atas kesalahan-kesalahan politik dan kepengecutan serta pengkhianatan para pimpinannya. Kaum fasis menjalankan balas dendam yang mengerikan terhadap kelas pekerja. Sebanyak satu juta orang telah terbunuh dalam perang saudara itu sendiri. Sementara ribuan lainnya dibunuh menjelang kekalahan Republik dan kemenangan Franco.

Di tiap desa ada suatu jalan setapak sunyi yang menuju pinggiran perkampungan. Hingga saat ini kaum lanjut usia menerangkan bagaimana kaum “nacionales” mendatangi si ini dan si itu untuk jalan-jalan cari angin namun yang diajak jalan-jalan tidak pernah pulang kembali karena yang sebenarnya terjadi adalah kaum tuan tanah dan kaum kapitalis membalaskan dendamnya pada musuh-musuhnya.

Penjara Spanyol penuh sesak oleh narapidana. Hingga tahun 1942 diperkirakan ada dua juta orang yang dijebloskan ke penjara dan kamp-kamp. Sebagian besar divonis hukuman mati. Lainnya cukup “beruntung” hanya divonis 30 tahun penjara.

Hak-hak paling dasar kelas pekerja telah dirampas; organisasi-organisasi politik maupun serikat buruh mereka dilarang sepenuhnya. Malam pekat barbarisme telah menjelang menyelimuti Spanyol selama hampir 40 tahun lamanya.

Kekalahan kelas pekerja Spanyol juga telah menentukan nasib Eropa. Trotsky telah memprediksikan bahwa kekalahan demikian akan membuat perang dunia kedua tidak terelakkan. Kelas penguasa “demokratis” di Inggris dan Perancis yang berkomplot memperbolehkan kemengan Franco (Chamberlain menulis di catatan hariannya: “Kupikir kita harus menjalin hubungan baik dengan Franco yang tampaknya bersikap baik pada kita”) menyiapkan jalan bagi gempuran Hitler terhadap Polandia dan Prancis yang terjadi setahun setelah Madrid jatuh ke tangan fasis.

Stalin telah melakukan perundingan rahasia dengan Hitler bahkan selama perang saudara Spanyol masih berlangsung. Perang dunia kedua, dimana korbannya mencapai puluhan juta, yang membawa umat manusia ke bibir jurang barbarisme, merupakan buah langsung dari kegagalan kelas pekerja Spanyol untuk berkuasa pada 1936-1937.

“Mereka yang tidak belajar dari sejarah akan terkutuk untuk mengulanginya.” Krisis kapitalisme dunia saat ini sekali lagi akan menaruh transformasi sosialis ke agenda.

Maka sudah merupakan tugas kaum pekerja yang sadar-kelas untuk mempelajari pelajaran-pelajaran revolusi Spanyol demi mempersenjatai diri mereka untuk melaksanakan perjuangan menuju ke kemenangan.

Agustus, 1986