Indonesian

Rosa Luxemburg sering kali ditampilkan sebagai seorang Marxis yang “lebih moderat”, “anti-otoriter”, dibandingkan dengan Lenin dan kaum Bolshevik yang “garis keras” dan “otoriter”. Menurut kabar yang sama, dia juga menentang Revolusi Oktober. Tetapi seperti yang dijelaskan oleh Fred Weston dan Parson Young dalam artikel berikut, terlalu banyak mitos mengenai Luxemburg dan sudah waktunya kita luruskan sejarah yang sesungguhnya.

“Tidak ada orang yang berhasrat meluncurkan revolusi, seperti halnya tidak ada orang yang berhasrat berperang. Namun, ada satu perbedaan: dalam perang pemaksaan memainkan peran yang menentukan, dalam revolusi tidak ada pemaksaan. Yang ada hanyalah dorongan dari kondisi yang ada. Revolusi hanya terjadi ketika tidak ada jalan keluar lain.”(Trotsky, The History of the Russian Revolution, Bab 43, ‘The Art of Insurrection’)

Bila kita saksikan dunia hari ini dan melihat miliaran manusia hidup dalam kemiskinan, perbudakan, dan penindasan, sangatlah mudah untuk berasumsi bahwa horor ini telah menyertai umat manusia sepanjang keberadaannya. Bukankah untuk ribuan tahun para raja, para filsuf dan para pendeta telah memberitahu kita bahwa demikianlah watak dasar manusia, yang niscaya harus menderita? Namun, studi serius mengenai masa lalu kita membuktikan sebaliknya. Selama hampir seluruh keberadaan spesies kita, kita hidup dalam masyarakat berburu-meramu yang komunistis, tanpa tuan maupun penguasa.

Jantung kapitalisme Amerika Serikat saat ini menjadi negeri yang paling tidak stabil. Belum lama ini, pada Oktober 2021, AS diguncang oleh gelombang pemogokan yang melibatkan lebih dari 100 ribu buruh dari berbagai sektor. Gelombang pemogokan ini menunjukkan meningkatnya militansi kelas buruh AS, yang mulai menggedor pintu kapital.

Selama beberapa bulan terakhir, dunia dicekam oleh kemungkinan perang antara Rusia dan Ukraina yang dibeking oleh AS dan Eropa. Eskalasi militer ini mencapai titik tertingginya ketika Putin mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Luhansk (LPR) di Ukraina Tenggara, dan mengirim pasukan “penjaga perdamaian” ke kedua wilayah tersebut. Agar tidak terjebak mendukung kubu imperialis ini atau itu, kita harus memahami kepentingan yang bersembunyi di belakang konflik ini. Hanya dengan demikian, gerakan buruh internasional dapat meneropong jauh melampaui kabut “nasionalisme” dan “patriotisme” yang membutakan mata dan menawarkan solusi kelas buruh yang internasionalis.

Korban pertama perang adalah kebenaran. Ini berlaku juga selama intervensi militer Rusia di Ukraina. Kaum Marxis harus mampu meneropong melalui kabut dusta dan propaganda perang, serta menganalisis sebab musabab sesungguhnya yang melatarbelakangi konflik ini; apa penyebabnya’ dan apa kepentingan-kepentingan yang sesungguhnya bersembunyi di balik dalih-dalih dan justifikasi-justifikasi yang disebarkan oleh pihak-pihak yang terlibat. Di atas segalanya, kita harus melakukan ini dari sudut pandang kepentingan kelas buruh dunia.

Artikel oleh Alan Woods ini, aslinya ditulis dua puluh tahun yang lalu, membahas tentang barbarisme dan perkembangan masyarakat manusia. Dalam tulisan postmodern, sejarah dianggap sebagai rangkaian peristiwa atau kecelakaan yang acak, yang pada dasarnya tidak memiliki makna dan tidak dapat dijelaskan. Tetapi pengamatan yang lebih jeli mengungkapkan adanya pola perkembangan yang jelas, yang dapat kita amati semenjak hari-hari awal masyarakat manusia. Pemahaman mengenai hukum-hukum yang mengatur perkembangan ini sangatlah penting bagi siapa saja yang serius ingin mengubah dunia.

Pada November 1918, revolusi meledak di Jerman. Pada musim semi 1919, kelas buruh berhasil merebut kekuasaan dan mendeklarasikan Republik Soviet Bavaria. Dalam masa hidupnya yang pendek dan heroik, republik ini harus berjuang tidak hanya melawan kontra-revolusi terbuka, tetapi juga mengatasi minimnya pengalaman mereka. Kendati demikian, peristiwa ini merupakan salah satu episode paling menginspirasi dalam Revolusi Jerman 1918-1923. Pelajaran yang bisa dipetik tak ternilai harganya bagi kaum revolusioner hari ini.

Postmodernisme adalah sebuah aliran pemikiran filsafat yang kabur, yang menjadi terkenal selama periode pascaperang. Awalnya postmodernisme adalah sebuah tren yang ada di pinggiran, tetapi sekarang telah berkembang menjadi salah satu aliran filsafat borjuis yang dominan, yang meresapi sebagian besar akademia hari ini, jika bukan mayoritas. Di sini, kami terbitkan artikel pertama dari serangkaian artikel yang akan mengkaji beragam aspek postmodernisme dari sudut pandang Marxis.

Seabad yang lalu (1 Juli 1921) adalah hari resmi pendirian Partai Komunis Tiongkok (PKT). Partai ini dimulai sebagai sebuah partai revolusioner sejati yang dipimpin oleh kader-kader yang berdedikasi dan heroik, tetapi mengalami kekalahan tragis dalam revolusi 1925-7. Hari ini, PKT adalah instrumen dominasi kapitalis, tetapi sejarah awalnya dipenuhi dengan pelajaran inspiratif dan peringatan bagi kaum revolusioner hari ini. Untuk informasi lebih lanjut, kami merekomendasikan dua artikel tentang sejarah PKT dari tahun 1927-37 (The Chinese Communist Party 1927-37 – The development of Maoism) dan 1937-49 (...

Setiap tahun Majelis Umum PBB memungut suara dan menentang blokade AS terhadap Kuba. Kali ini (pada 23 Juni 2021) 184 suara mendukung mosi tersebut, dua menentang (AS dan Israel), dan tiga abstain (Brasil, Kolombia dan Ukraina). Ini adalah kali ke-29 Majelis Umum PBB menentang blokade Kuba sejak mosi tersebut pertama kali diajukan ke pemungutan suara pada tahun 1992, dan sekali lagi, Amerika Serikat akan sepenuhnya mengabaikannya.

Partai Komunis Kuba (PKK) menyelenggarakan kongres ke-8 di Havana dari 16-19 April, bertepatan dengan peringatan 60 tahun proklamasi karakter sosialis revolusi pada malam percobaan invasi Playa Girón [Teluk Babi]. Kongres tersebut merupakan puncak dari proses penggantian kepemimpinan historis dalam konteks krisis ekonomi yang serius dan reformasi ekonomi yang berbahaya.

Berikut adalah (draf) dokumen Perspektif Dunia 2021 yang memaparkan proses-proses fundamental ekonomi, sosial dan politik yang tengah berlangsung di dunia, guna mempersiapkan kaum revolusioner dalam kerja mereka. Dokumen ini akan diterbitkan dalam 6 bagian:

Berikut adalah statemen solidaritas International Marxist Tendency untuk perjuangan rakyat Palestina dalam melawan pemboman Gaza baru-baru ini. Kami serukan: Hentikan Pemboman, Hentikan Okupasi – Buruh dan Muda sedunia, mobilisasi dan berjuang untuk Palestina yang bebas sebagai bagian dari Federasi Sosialis Timur Tengah!