Kongres ke-32 Kaum Marxis Pakistan, sebuah Langkah Maju bagi Gerakan Sosialis Asia

Berikut ini kami sajikan laporan dari Kongres ke-32 dari The Struggle, sebuah organisasi Marxis di Pakistan yang merupakan seksi dari International Marxist Tendency (IMT), yang dihadiri lebih dari 2500 kamerad. Kongres akbar ini menunjukkan kekuatan Marxisme di tengah kegelapan reaksioner rejim Pakistan, dimana gagasan Marx, Engels, Lenin, dan Trotsky dapat dibangun bahkan di tengah situasi yang teramat sulit.

Hari Pertama

Kongres ke-32 kaum Marxis Pakistan dibuka pada Sabtu, 9 Maret 2013. Jumlah kamerad dan simpatisan yang hadir sungguh di luar dugaan. Sebanyak 2769 kamerad mendaftarkan diri pada hari pertama. Hal ini membuat perhelatan tersebut menjadi kongres yang paling besar dari yang pernah diadakan sebelumnya. Kamerad-kamerad kita datang dari seantero Pakistan dengan antusiasme yang luar biasa. Sementara itu, Pakistan sedang terjerumus ke dalam krisis yang paling dalam di sepanjang sejarahnya.

Menghadiri kongres yang digelar di Lahore ini, kamerad-kamerad kita datang dari daerah-daerah yang jauh. Sejatinya ini tidak gampang. Sebab mereka harus memikul banyak kesulitan, termasuk ongkos naik kereta dan bus yang melonjak. Jawatan Kereta Api Pakistan sedang mengalami krisis yang serius. Banyak kereta tidak diberangkatkan. Kereta-kereta itu dicoret dari jadwal atau diprivatisasi. Ini semakin mempersulit para penumpang. Karena kelangkaan BBM dan gas, untuk datang tepat waktu di kongres sudah sangat sulit. Kendati demikian, Kamerad-kamerad kita telah membajakan tekad. Mereka berangkat satu hari sebelum waktu yang dijadwalkan. Mereka ingin memastikan agar mereka tidak tertunda barang sekejap pun untuk mengikuti kongres.

Banyak mahasiswa, kaum muda yang menganggur, dan buruh tidak bisa membayar ongkos transport dan iuran kongres. Tapi mereka berupaya dengan sungguh-sungguh. Selama beberapa bulan terakhir mereka urunan menggalang dana. Sebab mereka tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menghadiri kongres. Mereka juga ingin berperan penting dalam pengambilan-pengambilan keputusan yang akan dilakukan dalam kongres.

Kongres dibuka dengan cara yang sudah menjadi tradisi kaum Marxis Pakistan. Sebuah puisi revolusioner dibacakan dalam berbagai bahasa yang digunakan di negeri itu: Pushto, Sindhi, Saraiki, Urdu, Punjabi, dan Darri (campuran bahasa Persia dan bahasa Pushto).

Setelah itu Kamerad Hamid Khan tampil. Dalam pidatonya ia mendedikasikan kongres untuk mengenang Ted Grant. Spanduk kongres tahun ini merayakan seratus tahun kelahiran Ted Grant. Kamerad Hamid menjelaskan, berkat perjuangan yang dilakukan Ted Grant seumur hidupnya untuk menegakkan idea-idea Marxisme yang sejati, secara khusus perjuangannya melawan Stalinisme, Tendensi Marxis Internasional eksis hari ini.

Kemudian Hamid menyambut semua kamerad yang hadir di gedung pertemuan, yang terdiri dari kaum muda (80% dari mereka yang hadir adalah kaum muda!), kamerad-kamerad dari serikat buruh, dan kaum perempuan. Jumlah perempuan yang hadir dalam kongres ini dua kali lebih banyak daripada kongres tahun lalu. Ini merupakan pencapaian yang sangat bermakna. Betapa tidak! Segregasi yang diterapkan dalam masyarakat Pakistan telah mengurung kaum perempuan dalam penjara-penjara domestik – rumah tangga mereka.

Kamerad Lal Khan, pendiri The Struggle (seksi Pakistan IMT) kemudian dipanggil ke podium. Ia menjelaskan bahwa dengan jumlah kamerad yang sudah hadir, dan dengan mereka yang akan datang pada hari berikutnya, kongres ini akan menjadi kongres yang paling besar dari seksi Pakistan IMT. Jumlah kamerad yang terdaftar membenarkan pernyataan Lal Kahn.

Mata acara selanjutnya adalah menyimak kutipan-kutipan pidato Ted Grant dalam Rally Militant pada 1984. Almarhum Kamerad Ted Grant memberi penjelasan tentang krisis kapitalisme dan peran yang harus dimainkan kaum Marxis dalam mentransformasi gerakan buruh. Pidatonya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu, yang disambut dengan tepuk tangan yang riuh dan seruan Inqalab, Inqalab, Socialist Inqalab [Revolusi, Revolusi, Revolusi Sosialis]. Slogan ini memang sering mengiringi berbagai pidato selama kongres, ketika secara spontan Kamerad-kamerad kita mengumandangkan nyanyian revolusioner.

Tahun ini Kamerad Alan Woods tidak bisa hadir. Tapi ia menyampaikan pesan melalui rekaman video. Alan memberi salam kepada kongres. Ia menjelaskan bahwa kongres tersebut digelar pada momen kunci dalam sejarah, yakni ketika kapitalisme telah masuk ke dalam krisis yang paling serius di sepanjang riwayatnya. Penjelasan Kamerad Alan Woods juga disambut dengan gemuruh sorak-sorai dan nyanyian.

Beberapa pesan dari berbagai seksi IMT juga dibacakan dalam bahasa Urdu, termasuk dari  Venezuela dan Prancis, juga pesan video dari Kamerad John Peterson, sekretaris Workers’ International League di Amerika Serikat. Masing-masing pesan disambut dengan tepuk-tangan yang bergemuruh.

Pesan dari Malala

Kamerad Javed Iqbal, seorang kamerad Pakistan dari Birmingham, Inggris,  membacakan pesan yang dikirim oleh Malala Yousafzai. Malala adalah simpatisan muda Tendensi Marxis. Ia termashyur karena turut memperjuangkan hak atas pendidikan bagi anak-anak perempuan Pakistan. Malala pernah turut serta dalam Sekolah Marxis Musim Panas yang digelar Juli tahun lalu di Swat oleh kamerad-kamerad The Struggle. Tragisnya, ia ditembak di bagian kepala dalam sebuah serangan biadab yang dilakukan oleh para fundamentalis. Kejadian ini kemudian menjadi berita di halaman depan koran-koran di seluruh dunia. Syukurlah sekarang ia sedang menjalani proses pemulihan di Inggris.

Berikut pesan yang dikirim Malala:

“Terutama saya ingin mengucapkan terimakasih kepada The Struggle dan IMT karena memberiku kesempatan untuk berbicara tahun lalu di Sekolah Marxis Musim Panasdi Swat, juga memperkenalkan kepadaku Marxisme dan Sosialisme. Saya hanya ingin mengatakan bahwa dalam soal pendidikan, seperti halnya dalam masalah-masalah lainnya di Pakistan, sekaranglah waktunya bagi kita untuk melakukan sesuatu. Penting untuk mengambil prakarsa. Kita tidak bisa menunggu kedatangan orang lain yang akan melakukannya. Mengapa kita harus menunggu seseorang untuk datang dan membereskan segalanya? Mengapa bukan kita sendiri saja yang melakukannya?”

“Dengan sepenuh hati saya ingin mengirimkan salamku kepada kongres. Saya yakin bahwa Sosialisme adalah satu-satunya jalan, dan saya mendesak semua Kamerad untuk membawa perjuangan ini sampai ke kemenangan akhirnya. Hanya ini yang akan membebaskan kita dari rantai belenggu keterbelakangan dan eksploitasi.”

Pembacaan surat Malala juga menjadi salah satu peristiwa yang mengharukan dalam kongres. Seorang sahabat karib Malala hadir dalam kongres. Ia ada dalam bus ketika para fundamentalis menyerang gadis-gadis itu. Ia berbicara, dengan memberi beberapa komentar dan membacakan sebuah puisi. Kamerad perempuan yang masih muda ini adalah satu contoh dari kualitas Kamerad-kamerad yang tergabung dalam IMT di Pakistan. Faktanya, selama kongres, Kamerad-kamerad datang dari daerah-daerah di mana perkelahian antar-geng, pembunuhan-pembunuhan, ledakan-ledakan bom, serangan-serangan pesawat tanpa awak (drone attacks), dan peperangan yang meluas, sedang terjadi. Menyimak penuturan mereka membuat darah kita mendidih. Ya, penuturan mereka begitu jelas menggambarkan kontradiksi-kontradiksi dan ketidakdilan yang terjadi dalam masyarakat yang terbelah ke dalam kelas-kelas ini.

Revolusi-revolusi Eropa dan Timur Tengah

Sesi utama yang pertama adalah tentang Perspektif Dunia, dengan penekanan pada perkembangan-perkembangan di Eropa dan Timur Tengah. Kamerad Fred Weston dari Tendensi Marxis Internasional (IMT) menjadi pembicaranya. Sesi ini diketuai oleh Kamerad Hamid Khan. Fred Weston menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi pada 2008. Ia menjelaskan terakumulasinya kontradiksi-kontradiksi di dalam sistem kapitalis dunia, ekspansi kredit besar-besaran pada level dunia, serta overproduksi yang terjadi dalam skala raksasa. Semuanya ini menyebabkan krisis perbankan, yang sebenarnya hanya merupakan suatu cerminan dari krisis umum kapitalisme secara keseluruhan.

Kamerad Fred Weston menjabarkan kondisi-kondisi sosial yang memburuk, serangan-serangan terhadap program-program sosial, serangan-serangan terhadap hak-hak kaum buruh, dan angka pengangguran yang terus melonjak. Ia juga menunjukkan bagaimana semuanya ini menyebabkan ledakan perjuangan kelas di seluruh Eropa. Ia menjelaskan bagaimana ledakan itu terjadi pada mata rantai yang paling lemah, yang dimulai dari Yunani, tapi dengan sangat cepat meluas ke negeri-negeri seperti Portugal dan Spanyol. Ia menjelaskan tumbuhnya radikalisasi di kalangan buruh dan kaum muda, yang tidak terbatas pada negeri-negeri Eropa selatan, tapi juga sedang dirasakan di utara, seperti Denmark dan Inggris. Semuanya ini sedang membuat banyak orang mempertanyakan kapitalisme di seluruh Eropa.

Fred Weston juga memaparkan analisis atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di Timur Tengah. Pertama-tama ia menjelaskan latar belakang dari peristiwa-peristiwa revolusioner 2011, yakni kondisi-kondisi sosial dan ekonomi yang menyiapkan peristiwa-peristiwa tersebut. Dalam menyoroti peristiwa-peristiwa revolusioner itu, Kawan Fred Weston juga menjelaskan bahwa kendati massa rakyat memiliki enerji revolusioner yang sangat besar, terjadi kevakuman kepemimpinan karena tidak adanya sebuah partai massa yang revolusioner milik kelas pekerja. Kekosongan itu kemudian diisi oleh kaum Islamis, seperti Ikhwanul Muslimin. Namun, karena kekuatan-kekuatan itu tidak mempunyai jawaban terhadap krisis kapitalisme, begitu mereka berkuasa atau memerintah, dengan sangat cepat mereka terekspos di depan mata massa rakyat Mesir dan Tunisia. Sekarang, baik di Mesir maupun Tunisia, gelombang revolusioner yang baru sedang bergulir, ketika kaum buruh dan kaum muda mulai menarik kesimpulan-kesimpulan dari pengalaman-pengalaman mutakhir mereka. Begitu juga di Timur Tengah. Kita menyaksikan massa rakyat semakin mengalami radikalisasi, sementara pada saat yang sama kaum kapitalis meningkatkan tekanan dengan melakukan semakin banyak serangan.

Kendati dimulai dengan kondisi-kondisi ekonomi dan sosial yang sangat berbeda, proses-proses yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah adalah bagian dari proses yang sama dari revolusi dunia. Secara tak terelakkan, proses ini akan berdampak juga pada Pakistan.

Claudio Bellotti, seorang kamerad Italia, anggota Komite Eksekutif Rifondazione Comunista (Partai Refondasi Komunis) dan kader terkemuka FalceMartello, seksi Italia IMT, juga hadir dalam kongres. Kamerad Belloti berbicara tentang situasi terakhir di Italia setelah pemilu yang digelar baru-baru ini. Ia menjelaskan krisis serius yang melanda Italia dan dampaknya terhadap Uni Eropa secara keseluruhan. Kamerad Belloti juga mempersembahkan puisi. Kali ini dari Inferno, karya pujangga Italia, Dante. Persembahan puisi tersebut juga mendapat apresiasi dari para kamerad peserta kongres.

Arsalan Ghani, Presiden Serikat Pasca-Sarjana di Universitas Cambridge, Inggris, juga mengintervensi. Ia menjelaskan situasi yang dihadapi para mahasiswa di Inggris. Biaya kuliah naik. Mahasiswa juga menghadapi serangan-serangan yang lain. Ia menjelaskan bagaimana mula-mula di Belgia dan kemudian di Inggris ia turut serta dalam aktivitas-aktivitas solidaritas dengan kaum buruh. Ia juga menekankan perlunya turut serta dalam perjuangan di mana pun kamerad-kamerad berada.

Banyak pertanyaan diajukan kepada Kamerad Fred Weston berkenaan dengan peran agama, masa depan Revolusi Venezuela dan Revolusi Mesir, dan situasi di Iran dan Afghanistan, dan banyak lagi yang lainnya. Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Fred Weston menjelaskan tidak ada jaminan kemenangan bagi revolusi sosialis. Sejarah telah memperlihatkannya berkali-kali. Yang dibutuhkan adalah pembangunan tendensi-tendensi Marxis dan partai-partai revolusioner milik kelas pekerja, yang mampu memberikan kepemimpinan revolusioner kepada kaum buruh. Menjawab pertanyaan tentang agama, ia mengemukakan bahwa agama mencengkeram pikiran banyak orang karena kondisi-kondisi yang parah yang di dalamnya mereka hidup. Tapi ketimbang mendiskusikan “dunia yang akan datang”, justru kita harus bekerja sama untuk mengubah dunia yang sekarang ini. Ia menutup uraiannya dengan menekankan perlunya membangun kekuatan-kekuatan Marxisme di Pakistan dan di seluruh dunia.

Perspektif Pakistan

Sesi berikutnya diketuai oleh Kamerad Ghufran Ahad. Sesi ini mengenai krisis ekonomi, politik, dan sosial Pakistan, serta perspektif bagi revolusi sosialis. Adam Pal membuka sesi ini dengan pidato yang sangat berapi-api dan bergelora. Dalam pidato itu ia memaparkan kondisi-kondisi yang menyedihkan yang diderita massa rakyat Pakistan, pengangguran dan kemiskinan yang semakin parah, runtuhnya infrastruktur, dan tutupnya seluruh kawasan industri. Dalam konteks ini terjadi banyak konflik etnis lokal, seperti di Baluchistan atau Sindh. Faksi-faksi yang berbeda dari kelas penguasa, yang didukung oleh kekuatan imperialis yang ini atau yang itu, sedang menyulut konflik etnis untuk memenangkan agenda masing-masing.

Ia menggambarkan tumbuhnya kebencian massa rakyat terhadap kaum elit kaya-raya. Kenyataan ini sedang membiakkan antagonisme yang semakin luas terhadap kemapanan secara keseluruhan. Yang sedang disiapkan adalah suatu ledakan dari bawah yang sebanding dengan apa yang kita lihat di Mesir dan Tunisia dua tahun yang silam.

Kamerad-kamerad Khukula Bacha dari Swat, Paras Jan dari Karachi, Nazar Mengal dari Baluchistan, dokter Aftap, anggota YDA (Young Doctors’ Association/Asosiasi Dokter Muda), Ilyas Khan, pemimpin PPP yang termashyur dari Multan, Saadullha Mehwand, seorang kamerad Afghanistan, dan Gurdas Singh, seorang kamerad Sikh, semuanya berintervensi dalam perdebatan. Changez Khan dari Punjab Utara membacakan sebuah puisi dalam bahasa Urdu dalam sesi tersebut.

Selanjutnya konferensi dipecah ke dalam tiga komisi tentang Kerja Serikat Buruh, Kerja Mahasiswa, dan Kerja Perempuan. Tujuannya untuk mendiskusikan secara mendalam dan terperinci bidang-bidang aktivitas yang penting itu. Laporan tentang komisi-komisi akan dibuat dalam kongres hari kedua.

Sebelum mengakhiri sesi malam hari, penyanyi kondang Jawad Ahmed tampil di panggung dan memaparkan garis besar album terbarunya, yang mencakup dua lagu yang sangat mengharukan. Satu lagu tentang kematian yang mengerikan dari hampir 300 buruh dalam sebuah kebakaran pabrik di Karachi. Lagu yang lain bertutur tentang Bhagat Singh, seorang pejuang sosialis yang revolusioner yang digantung penjajah Inggris pada 1931. Jawad juga telah menulis sebuah versi Urdu yang baru dari Internationale, yang juga dimuat dalam album terbarunya.

Kemudian Jawad mengundang Fred Weston dan Lal Khan ke podium, sementara ia mempersiapkan hadirin untuk menyanyikan versi baru Internationale. Banyak kamerad yang lain juga bergabung dengannya. Kemudian segenap kongres, dengan dipandu oleh Jawad, menyanyikan lagu gerakan sosialis internasional itu. Sungguh suatu momen yang sangat mengharukan, yang dengan tepat menutup kongres hari pertama.

Hari Kedua

Dengan beberapa kamerad yang mendaftar pada Minggu pagi tanggal 10 Maret, jumlah keseluruhan yang menghadiri kongres mencapai lebih dari 2800. Diskusi-diskusi utama pada hari kedua adalah tentang kampanye pemilu yang akan datang, organisasi, dan kerja-kerja IMT secara internasional.

Seperti hari pertama, kongres hari kedua dibuka dengan puisi revolusioner yang dibacakan oleh beberapa kamerad kita. Di sebuah negeri yang sarat dengan kontradiksi, di mana segelintir elit minoritas hidup dalam kemewahan sementara mayoritas sangat luas hidup dalam kemiskinan yang sangat parah, penderitaan rakyat jelata pembanting tulang diekspresikan dalam lagu dan puisi. Ini merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam kongres.

Nyanyian Jawad tentang Kematian Kaum Buruh dalam Kebakaran Pabrik di Karachi

Kamerad Qamar Uz mengetuai sesi pertama. Tugasnya yang pertama adalah menyajikan kepada hadirin sebuah video lagu-lagu Jawad Ahmed. Sebagaimana telah disebutkan dalam laporan hari pertama, salah satu lagu Jawad bertutur tentang kematian hampir 300 orang buruh dalam kebakaran pabrik di Karachi tahun lalu.

Video dimulai dengan foto-foto para buruh yang tewas di pabrik Union Carbide di Bhopal, India, di sebuah pabrik di Bangladesh, dan di Karachi. Video ini adalah rekaman konser yang diadakan Jawad, khususnya untuk keluarga-keluarga dari mereka yang tewas di Karachi. Ketika Jawad menyanyikan lagunya, kamera bergerak di seputar hadirin. Anda bisa melihat putera-puteri, saudara laki-laki dan saudara perempuan, ayah-ibu dan kakek-nenek para korban pada saat mereka mengangkat foto-foto orang-orang yang mereka cintai, yang tewas terbakar api. Anda melihat wajah-wajah yang senyap dengan air mata bercucuran dalam duka dan kepedihan saat mereka mendengarkan kata demi kata dari lagu itu.

Lagu itu memang bertutur tentang kesengsaraan kaum buruh. Tapi lagu itu juga mengatakan bahwa kitalah, kaum buruh, yang memproduksi segala sesuatu, dan bahwa kita tidak akan mentolerir lagi kesengsaraan kita. Pada puncaknya, lagu itu berkata, “Kaum buruh dunia, bersatulah!” Seluruh lagu sangat emosional dan sangat mengharukan. Jelang akhir lagu itu, orang-orang di kerumunan menyanyi bersama Jawad dengan semangat perlawanan. Ketika video berakhir, segenap kongres mengumandangkan lagi, “Inqalab, Inqalab, Socialist Inqalab”. Revolusi, Revolusi, Revolusi Sosialis! Ini menjadi nada bagi sesi penting berikutnya. Seruan itu kemudian disusul oleh Kamerad Rauf Lund, yang membacakan puisi revolusioner lainnya.

Kampanye Pemilu

Kamerad Qamar kemudian mempersilakan Kamerad Lal Khan, yang berbicara tentang kampanye pemilu yang akan datang. Parlemen akan didemisionserkan pada 16 Maret. Pemilu akan digelar sekitar April atau Mei. Lal Khan memaparkan strategi dan taktik dalam pemilu ini.

Pemilu digelar pada saat krisis akut sedang menjangkiti masyarakat Pakistan. Kemiskinan yang memang sudah parah semakin buruk, sementara IMF dan Bank Dunia memperkuat tekanannya terhadap negeri itu. Tapi siapakah yang benar-benar merepresentasikan kepentingan-kepentingan kaum buruh, tani, pengangguran, dan kaum miskin pada umumnya? Partai Rakyat Pakistan didirikan pada akhir dekade 1960-an berdasarkan program sosialis yang radikal. Tapi hari ini, para pemimpin PPP sudah lima tahun duduk di pemerintahan dengan melaksanakan instruksi-instruksi imperialisme, melanjutkan program privatisasi dan pemotongan-pemotongan subsidi untuk kaum miskin. Akibatnya adalah alienasi yang meluas terhadap semua politisi. Semua politisi dipandang sedang mengisi pundi-pundi mereka ketimbang melakukan sesuatu yang serius untuk massa rakyat.

Dalam konteks ini, perolehan suara PPP bisa merosot tajam hingga ke titik 17% setelah melambung tinggi dalam pemilu 2008, dan karena hal ini Nawaz Sharif bisa tampil lagi. Kebanyakan orang sangat mungkin akan menjadi golput, atau, sebagaimana dikemukakan Lal Khan, malah menjual suara mereka sebagai kegunaan satu-satunya dari memiliki hak suara! Setidaknya itu akan memberi makan kepada mereka dan keluarga-keluarga mereka meski hanya untuk sehari!

Lal Khan menjelaskan pandangan Marxis tentang pemilu. Ia menjelaskan bahwa mereka akan berintervensi dan menyuarakan pesan tentang revolusi sosialis di manapun massa berkumpul. Ia menjelaskan peran parlemen dalam demokrasi burjuis, juga peran demokrasi “burjuis” secara umum. Demokrasi “burjuis” bukanlah sebuah sistem, melainkan suatu metode untuk menjalankan sistem. (Sistem itu sendiri adalah kapitalisme, red). Ia mengutip Marx, yang menjelaskan bahwa pemilu di negeri-negeri kapitalis berarti massa rakyat diizinkan untuk memilih setiap lima tahun orang-orang yang akan menindas mereka.

Di beberapa daerah kaum Marxis mungkin akan berhasil dinominasikan sebagai kandidat. Dalam konteks itu, para kamerad akan bermobilisasi untuk membuat suara Marxisme sejati masuk ke dalam parlemen. Tapi, ini bukan tujuan finalnya. Tujuan dari membuat kaum Marxis terpilih dan masuk ke dalam parlemen adalah seperti tujuan para deputi atau wakil Bolshevik dalam Duma atau parlemen-nya Tsar: yaitu mengeksposnya dari dalam dan menyebarluaskan gagasan-gagasan tentang sosialisme revolusioner kepada khalayak yang lebih luas.

Lal Khan menunjukkan bahwa krisis sistem kapitalis tercermin dalam pembusukan di segala tingkatan, dengan korupsi yang merajalela di mana-mana. Tapi krisis itu juga tercermin dalam pembusukan budaya, pembusukan kemanusiaan itu sendiri. Semuanya ini tercermin dalam kondisi politik. Lal Khan menekankan bahwa inilah juga yang terjadi di Eropa. Hanya saja, di Pakistan, krisis ini jauh lebih parah.

Peristiwa-peristiwa di Lahore sehari sebelumnya, pada hari Sabtu, menggarisbawahi krisis ini. Rumah-rumah dan toko-toko dari 160 keluarga Kristen telah dibakar. Orang-orang Kristen itu terpaksa mengungsi. Inilah dalih yang dikemukakan oleh gerombolan pembakar itu: ada seorang Kristen yang bersalah karena melakukan penistaan. Dalam kenyataannya, metode-metode macam begini digunakan oleh para gangster biadab untuk menyerobot tanah dan mengembangkan real estate . Dan negara hanya menonton, tidak berbuat apa-apa!

Lal Khan menunjuk pada banyak “pelawak” di dunia politik Pakistan, dari para Zardari sampai para Sharif. Ia menunjuk pula pada Imran Khan, mullah/ulama yang datang dari Kanada, Qadri, dan para pemimpin MQM yang sovinis. Tidak seorang pun di antara mereka mempunyai solusi yang bisa ditawarkan kepada massa rakyat.

Namun, kaum Marxis tidak berposisi golput dalam pemilu, tapi menggunakan pemilu untuk mengkampanyekan gagasan-gagasan mereka, untuk menunjukkan alternatif yang sejati,  yakni Sosialisme.

Beberapa kamerad dari seluruh negeri berintervensi dalam perdebatan, seperti Ghufran Ahad dari Malakand. Ia mengekspos penipuan demokrasi burjuis. Ia menunjukkan bahwa ketimbang “pemerintahan oleh rakyat” (government BY the people), yang kita miliki adalah “pemerintahan membeli rakyat” (government BUY the people); dan ketimbang “pemerintahan untuk rakat” (government FOR the people), yang kita miliki adalah “pemerintahan yang jauh dari rakyat” (government FAR the people). Kamerad Ghufran Ahad menjelaskan bahwa seorang kandidat Marxis tidak boleh masuk ke dalam parlemen untuk menjadi korup, tapi justru untuk mengekspos sistem yang korup itu.

Paparan Ghufran Ahad disusul oleh Kamerad Asaf dari Rawalpindi. Asaf menggarisbawahi peran kaum muda dalam kampanye. Riaz Lund, yang tampil sebagai seorang kandidat Marxis dalam pemilu 2008 juga angkat bicara. Setiap orang tahu bahwa sebenarnya ia menang dalam pemilu 2008. Tapi hasil penghitungan suara ditahan sampai tiga hari, dan penghitungan dimanipulasi untuk mengalahkan Lund. Kameras Riaz Lund menjelaskan bahwa kaum buruh di Karachi sepenuhnya sadar akan hal ini dan mereka mendukung para kamerad The Struggle. Ia memaparkan bahwa pemimpin MQM, kelompok yang sovinis dan reaksioner yang bertanggungjawab atas terbunuhnya banyak aktivis dalam gerakan buruh, baru-baru ini telah menyatakan bahwa musuh utama mereka adalah “Marxisme”.

Kamerad Kadir dari Peshawar, dengan menggunakan kata-kata Lenin, mengatakan bahwa parlemen ini adalah “dapurnya para pencuri”, sebuah dapur “di mana tidak ada makanan buat si miskin”. Ia berkata bahwa kaum Marxis harus ambil bagian dalam pemilu parlementer, tapi saatnya akan datang ketika alih-alih memberikan suara dengan tangan, mereka akan memberikan suara dengan kaki, yakni ketika mereka bermobilisasi dan bangkit melawan sistem.

Kamerad Kadir disusul oleh Kamerad Adil dari Faisalabad dan Kamerad Ilyas Khan. Kamerad Ilyan Khan menyampaikan pidato yang sangat berapi-api. Ia menggugat apa yang telah dilakukan para pemimpin PPP. Ia memaparkan apa yang harus dilakukan kaum Marxis untuk menawarkan alternatif kepada kaum buruh. Kamerad Rauf Lund mengemukakan bahwa meskipun semua yang lain berupaya memecahbelah rakyat, kaum Marxis bekerja untuk mempersatukan kaum buruh dari berbagai kelompok etnis dan agama.

Selanjutnya seorang kameBerikut ini kami sajikan laporan dari Kongres ke-32 dari The Struggle, sebuah organisasi Marxis di Pakistan yang merupakan seksi dari International Marxist Tendency (IMT), yang dihadiri lebih dari 2500 kamerad. Kongres akbar ini menunjukkan kekuatan Marxisme di tengah kegelapan reaksioner rejim Pakistan, dimana gagasan Marx, Engels, Lenin, dan Trotsky dapat dibangun bahkan di tengah situasi yang teramat sulit.

Hari Pertama

Kongres ke-32 kaum Marxis Pakistan dibuka pada Sabtu, 9 Maret 2013. Jumlah kamerad dan simpatisan yang hadir sungguh di luar dugaan. Sebanyak 2769 kamerad mendaftarkan diri pada hari pertama. Hal ini membuat perhelatan tersebut menjadi kongres yang paling besar dari yang pernah diadakan sebelumnya. Kamerad-kamerad kita datang dari seantero Pakistan dengan antusiasme yang luar biasa. Sementara itu, Pakistan sedang terjerumus ke dalam krisis yang paling dalam di sepanjang sejarahnya.

Menghadiri kongres yang digelar di Lahore ini, kamerad-kamerad kita datang dari daerah-daerah yang jauh. Sejatinya ini tidak gampang. Sebab mereka harus memikul banyak kesulitan, termasuk ongkos naik kereta dan bus yang melonjak. Jawatan Kereta Api Pakistan sedang mengalami krisis yang serius. Banyak kereta tidak diberangkatkan. Kereta-kereta itu dicoret dari jadwal atau diprivatisasi. Ini semakin mempersulit para penumpang. Karena kelangkaan BBM dan gas, untuk datang tepat waktu di kongres sudah sangat sulit. Kendati demikian, Kamerad-kamerad kita telah membajakan tekad. Mereka berangkat satu hari sebelum waktu yang dijadwalkan. Mereka ingin memastikan agar mereka tidak tertunda barang sekejap pun untuk mengikuti kongres.

Banyak mahasiswa, kaum muda yang menganggur, dan buruh tidak bisa membayar ongkos transport dan iuran kongres. Tapi mereka berupaya dengan sungguh-sungguh. Selama beberapa bulan terakhir mereka urunan menggalang dana. Sebab mereka tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menghadiri kongres. Mereka juga ingin berperan penting dalam pengambilan-pengambilan keputusan yang akan dilakukan dalam kongres.

Kongres dibuka dengan cara yang sudah menjadi tradisi kaum Marxis Pakistan. Sebuah puisi revolusioner dibacakan dalam berbagai bahasa yang digunakan di negeri itu: Pushto, Sindhi, Saraiki, Urdu, Punjabi, dan Darri (campuran bahasa Persia dan bahasa Pushto).

Setelah itu Kamerad Hamid Khan tampil. Dalam pidatonya ia mendedikasikan kongres untuk mengenang Ted Grant. Spanduk kongres tahun ini merayakan seratus tahun kelahiran Ted Grant. Kamerad Hamid menjelaskan, berkat perjuangan yang dilakukan Ted Grant seumur hidupnya untuk menegakkan idea-idea Marxisme yang sejati, secara khusus perjuangannya melawan Stalinisme, Tendensi Marxis Internasional eksis hari ini.

Kemudian Hamid menyambut semua kamerad yang hadir di gedung pertemuan, yang terdiri dari kaum muda (80% dari mereka yang hadir adalah kaum muda!), kamerad-kamerad dari serikat buruh, dan kaum perempuan. Jumlah perempuan yang hadir dalam kongres ini dua kali lebih banyak daripada kongres tahun lalu. Ini merupakan pencapaian yang sangat bermakna. Betapa tidak! Segregasi yang diterapkan dalam masyarakat Pakistan telah mengurung kaum perempuan dalam penjara-penjara domestik – rumah tangga mereka.

Kamerad Lal Khan, pendiri The Struggle (seksi Pakistan IMT) kemudian dipanggil ke podium. Ia menjelaskan bahwa dengan jumlah kamerad yang sudah hadir, dan dengan mereka yang akan datang pada hari berikutnya, kongres ini akan menjadi kongres yang paling besar dari seksi Pakistan IMT. Jumlah kamerad yang terdaftar membenarkan pernyataan Lal Kahn.

Mata acara selanjutnya adalah menyimak kutipan-kutipan pidato Ted Grant dalam Rally Militant pada 1984. Almarhum Kamerad Ted Grant memberi penjelasan tentang krisis kapitalisme dan peran yang harus dimainkan kaum Marxis dalam mentransformasi gerakan buruh. Pidatonya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu, yang disambut dengan tepuk tangan yang riuh dan seruan Inqalab, Inqalab, Socialist Inqalab [Revolusi, Revolusi, Revolusi Sosialis]. Slogan ini memang sering mengiringi berbagai pidato selama kongres, ketika secara spontan Kamerad-kamerad kita mengumandangkan nyanyian revolusioner.

Tahun ini Kamerad Alan Woods tidak bisa hadir. Tapi ia menyampaikan pesan melalui rekaman video. Alan memberi salam kepada kongres. Ia menjelaskan bahwa kongres tersebut digelar pada momen kunci dalam sejarah, yakni ketika kapitalisme telah masuk ke dalam krisis yang paling serius di sepanjang riwayatnya. Penjelasan Kamerad Alan Woods juga disambut dengan gemuruh sorak-sorai dan nyanyian.

Beberapa pesan dari berbagai seksi IMT juga dibacakan dalam bahasa Urdu, termasuk dari  Venezuela dan Prancis, juga pesan video dari Kamerad John Peterson, sekretaris Workers’ International League di Amerika Serikat. Masing-masing pesan disambut dengan tepuk-tangan yang bergemuruh.

Pesan dari Malala

Kamerad Javed Iqbal, seorang kamerad Pakistan dari Birmingham, Inggris,  membacakan pesan yang dikirim oleh Malala Yousafzai. Malala adalah simpatisan muda Tendensi Marxis. Ia termashyur karena turut memperjuangkan hak atas pendidikan bagi anak-anak perempuan Pakistan. Malala pernah turut serta dalam Sekolah Marxis Musim Panas yang digelar Juli tahun lalu di Swat oleh kamerad-kamerad The Struggle. Tragisnya, ia ditembak di bagian kepala dalam sebuah serangan biadab yang dilakukan oleh para fundamentalis. Kejadian ini kemudian menjadi berita di halaman depan koran-koran di seluruh dunia. Syukurlah sekarang ia sedang menjalani proses pemulihan di Inggris.

Berikut pesan yang dikirim Malala:

“Terutama saya ingin mengucapkan terimakasih kepada The Struggle dan IMT karena memberiku kesempatan untuk berbicara tahun lalu di Sekolah Marxis Musim Panasdi Swat, juga memperkenalkan kepadaku Marxisme dan Sosialisme. Saya hanya ingin mengatakan bahwa dalam soal pendidikan, seperti halnya dalam masalah-masalah lainnya di Pakistan, sekaranglah waktunya bagi kita untuk melakukan sesuatu. Penting untuk mengambil prakarsa. Kita tidak bisa menunggu kedatangan orang lain yang akan melakukannya. Mengapa kita harus menunggu seseorang untuk datang dan membereskan segalanya? Mengapa bukan kita sendiri saja yang melakukannya?”

“Dengan sepenuh hati saya ingin mengirimkan salamku kepada kongres. Saya yakin bahwa Sosialisme adalah satu-satunya jalan, dan saya mendesak semua Kamerad untuk membawa perjuangan ini sampai ke kemenangan akhirnya. Hanya ini yang akan membebaskan kita dari rantai belenggu keterbelakangan dan eksploitasi.”

Pembacaan surat Malala juga menjadi salah satu peristiwa yang mengharukan dalam kongres. Seorang sahabat karib Malala hadir dalam kongres. Ia ada dalam bus ketika para fundamentalis menyerang gadis-gadis itu. Ia berbicara, dengan memberi beberapa komentar dan membacakan sebuah puisi. Kamerad perempuan yang masih muda ini adalah satu contoh dari kualitas Kamerad-kamerad yang tergabung dalam IMT di Pakistan. Faktanya, selama kongres, Kamerad-kamerad datang dari daerah-daerah di mana perkelahian antar-geng, pembunuhan-pembunuhan, ledakan-ledakan bom, serangan-serangan pesawat tanpa awak (drone attacks), dan peperangan yang meluas, sedang terjadi. Menyimak penuturan mereka membuat darah kita mendidih. Ya, penuturan mereka begitu jelas menggambarkan kontradiksi-kontradiksi dan ketidakdilan yang terjadi dalam masyarakat yang terbelah ke dalam kelas-kelas ini.

Revolusi-revolusi Eropa dan Timur Tengah

Sesi utama yang pertama adalah tentang Perspektif Dunia, dengan penekanan pada perkembangan-perkembangan di Eropa dan Timur Tengah. Kamerad Fred Weston dari Tendensi Marxis Internasional (IMT) menjadi pembicaranya. Sesi ini diketuai oleh Kamerad Hamid Khan. Fred Weston menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi pada 2008. Ia menjelaskan terakumulasinya kontradiksi-kontradiksi di dalam sistem kapitalis dunia, ekspansi kredit besar-besaran pada level dunia, serta overproduksi yang terjadi dalam skala raksasa. Semuanya ini menyebabkan krisis perbankan, yang sebenarnya hanya merupakan suatu cerminan dari krisis umum kapitalisme secara keseluruhan.

Kamerad Fred Weston menjabarkan kondisi-kondisi sosial yang memburuk, serangan-serangan terhadap program-program sosial, serangan-serangan terhadap hak-hak kaum buruh, dan angka pengangguran yang terus melonjak. Ia juga menunjukkan bagaimana semuanya ini menyebabkan ledakan perjuangan kelas di seluruh Eropa. Ia menjelaskan bagaimana ledakan itu terjadi pada mata rantai yang paling lemah, yang dimulai dari Yunani, tapi dengan sangat cepat meluas ke negeri-negeri seperti Portugal dan Spanyol. Ia menjelaskan tumbuhnya radikalisasi di kalangan buruh dan kaum muda, yang tidak terbatas pada negeri-negeri Eropa selatan, tapi juga sedang dirasakan di utara, seperti Denmark dan Inggris. Semuanya ini sedang membuat banyak orang mempertanyakan kapitalisme di seluruh Eropa.

Fred Weston juga memaparkan analisis atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di Timur Tengah. Pertama-tama ia menjelaskan latar belakang dari peristiwa-peristiwa revolusioner 2011, yakni kondisi-kondisi sosial dan ekonomi yang menyiapkan peristiwa-peristiwa tersebut. Dalam menyoroti peristiwa-peristiwa revolusioner itu, Kawan Fred Weston juga menjelaskan bahwa kendati massa rakyat memiliki enerji revolusioner yang sangat besar, terjadi kevakuman kepemimpinan karena tidak adanya sebuah partai massa yang revolusioner milik kelas pekerja. Kekosongan itu kemudian diisi oleh kaum Islamis, seperti Ikhwanul Muslimin. Namun, karena kekuatan-kekuatan itu tidak mempunyai jawaban terhadap krisis kapitalisme, begitu mereka berkuasa atau memerintah, dengan sangat cepat mereka terekspos di depan mata massa rakyat Mesir dan Tunisia. Sekarang, baik di Mesir maupun Tunisia, gelombang revolusioner yang baru sedang bergulir, ketika kaum buruh dan kaum muda mulai menarik kesimpulan-kesimpulan dari pengalaman-pengalaman mutakhir mereka. Begitu juga di Timur Tengah. Kita menyaksikan massa rakyat semakin mengalami radikalisasi, sementara pada saat yang sama kaum kapitalis meningkatkan tekanan dengan melakukan semakin banyak serangan.

Kendati dimulai dengan kondisi-kondisi ekonomi dan sosial yang sangat berbeda, proses-proses yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah adalah bagian dari proses yang sama dari revolusi dunia. Secara tak terelakkan, proses ini akan berdampak juga pada Pakistan.

Claudio Bellotti, seorang kamerad Italia, anggota Komite Eksekutif Rifondazione Comunista (Partai Refondasi Komunis) dan kader terkemuka FalceMartello, seksi Italia IMT, juga hadir dalam kongres. Kamerad Belloti berbicara tentang situasi terakhir di Italia setelah pemilu yang digelar baru-baru ini. Ia menjelaskan krisis serius yang melanda Italia dan dampaknya terhadap Uni Eropa secara keseluruhan. Kamerad Belloti juga mempersembahkan puisi. Kali ini dari Inferno, karya pujangga Italia, Dante. Persembahan puisi tersebut juga mendapat apresiasi dari para kamerad peserta kongres.

Arsalan Ghani, Presiden Serikat Pasca-Sarjana di Universitas Cambridge, Inggris, juga mengintervensi. Ia menjelaskan situasi yang dihadapi para mahasiswa di Inggris. Biaya kuliah naik. Mahasiswa juga menghadapi serangan-serangan yang lain. Ia menjelaskan bagaimana mula-mula di Belgia dan kemudian di Inggris ia turut serta dalam aktivitas-aktivitas solidaritas dengan kaum buruh. Ia juga menekankan perlunya turut serta dalam perjuangan di mana pun kamerad-kamerad berada.

Banyak pertanyaan diajukan kepada Kamerad Fred Weston berkenaan dengan peran agama, masa depan Revolusi Venezuela dan Revolusi Mesir, dan situasi di Iran dan Afghanistan, dan banyak lagi yang lainnya. Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Fred Weston menjelaskan tidak ada jaminan kemenangan bagi revolusi sosialis. Sejarah telah memperlihatkannya berkali-kali. Yang dibutuhkan adalah pembangunan tendensi-tendensi Marxis dan partai-partai revolusioner milik kelas pekerja, yang mampu memberikan kepemimpinan revolusioner kepada kaum buruh. Menjawab pertanyaan tentang agama, ia mengemukakan bahwa agama mencengkeram pikiran banyak orang karena kondisi-kondisi yang parah yang di dalamnya mereka hidup. Tapi ketimbang mendiskusikan “dunia yang akan datang”, justru kita harus bekerja sama untuk mengubah dunia yang sekarang ini. Ia menutup uraiannya dengan menekankan perlunya membangun kekuatan-kekuatan Marxisme di Pakistan dan di seluruh dunia.

Perspektif Pakistan

Sesi berikutnya diketuai oleh Kamerad Ghufran Ahad. Sesi ini mengenai krisis ekonomi, politik, dan sosial Pakistan, serta perspektif bagi revolusi sosialis. Adam Pal membuka sesi ini dengan pidato yang sangat berapi-api dan bergelora. Dalam pidato itu ia memaparkan kondisi-kondisi yang menyedihkan yang diderita massa rakyat Pakistan, pengangguran dan kemiskinan yang semakin parah, runtuhnya infrastruktur, dan tutupnya seluruh kawasan industri. Dalam konteks ini terjadi banyak konflik etnis lokal, seperti di Baluchistan atau Sindh. Faksi-faksi yang berbeda dari kelas penguasa, yang didukung oleh kekuatan imperialis yang ini atau yang itu, sedang menyulut konflik etnis untuk memenangkan agenda masing-masing.

Ia menggambarkan tumbuhnya kebencian massa rakyat terhadap kaum elit kaya-raya. Kenyataan ini sedang membiakkan antagonisme yang semakin luas terhadap kemapanan secara keseluruhan. Yang sedang disiapkan adalah suatu ledakan dari bawah yang sebanding dengan apa yang kita lihat di Mesir dan Tunisia dua tahun yang silam.

Kamerad-kamerad Khukula Bacha dari Swat, Paras Jan dari Karachi, Nazar Mengal dari Baluchistan, dokter Aftap, anggota YDA (Young Doctors’ Association/Asosiasi Dokter Muda), Ilyas Khan, pemimpin PPP yang termashyur dari Multan, Saadullha Mehwand, seorang kamerad Afghanistan, dan Gurdas Singh, seorang kamerad Sikh, semuanya berintervensi dalam perdebatan. Changez Khan dari Punjab Utara membacakan sebuah puisi dalam bahasa Urdu dalam sesi tersebut.

Selanjutnya konferensi dipecah ke dalam tiga komisi tentang Kerja Serikat Buruh, Kerja Mahasiswa, dan Kerja Perempuan. Tujuannya untuk mendiskusikan secara mendalam dan terperinci bidang-bidang aktivitas yang penting itu. Laporan tentang komisi-komisi akan dibuat dalam kongres hari kedua.

Sebelum mengakhiri sesi malam hari, penyanyi kondang Jawad Ahmed tampil di panggung dan memaparkan garis besar album terbarunya, yang mencakup dua lagu yang sangat mengharukan. Satu lagu tentang kematian yang mengerikan dari hampir 300 buruh dalam sebuah kebakaran pabrik di Karachi. Lagu yang lain bertutur tentang Bhagat Singh, seorang pejuang sosialis yang revolusioner yang digantung penjajah Inggris pada 1931. Jawad juga telah menulis sebuah versi Urdu yang baru dari Internationale, yang juga dimuat dalam album terbarunya.

Kemudian Jawad mengundang Fred Weston dan Lal Khan ke podium, sementara ia mempersiapkan hadirin untuk menyanyikan versi baru Internationale. Banyak kamerad yang lain juga bergabung dengannya. Kemudian segenap kongres, dengan dipandu oleh Jawad, menyanyikan lagu gerakan sosialis internasional itu. Sungguh suatu momen yang sangat mengharukan, yang dengan tepat menutup kongres hari pertama.

Hari Kedua

Dengan beberapa kamerad yang mendaftar pada Minggu pagi tanggal 10 Maret, jumlah keseluruhan yang menghadiri kongres mencapai lebih dari 2800. Diskusi-diskusi utama pada hari kedua adalah tentang kampanye pemilu yang akan datang, organisasi, dan kerja-kerja IMT secara internasional.

Seperti hari pertama, kongres hari kedua dibuka dengan puisi revolusioner yang dibacakan oleh beberapa kamerad kita. Di sebuah negeri yang sarat dengan kontradiksi, di mana segelintir elit minoritas hidup dalam kemewahan sementara mayoritas sangat luas hidup dalam kemiskinan yang sangat parah, penderitaan rakyat jelata pembanting tulang diekspresikan dalam lagu dan puisi. Ini merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam kongres.

Nyanyian Jawad tentang Kematian Kaum Buruh dalam Kebakaran Pabrik di Karachi

Kamerad Qamar Uz mengetuai sesi pertama. Tugasnya yang pertama adalah menyajikan kepada hadirin sebuah video lagu-lagu Jawad Ahmed. Sebagaimana telah disebutkan dalam laporan hari pertama, salah satu lagu Jawad bertutur tentang kematian hampir 300 orang buruh dalam kebakaran pabrik di Karachi tahun lalu.

Video dimulai dengan foto-foto para buruh yang tewas di pabrik Union Carbide di Bhopal, India, di sebuah pabrik di Bangladesh, dan di Karachi. Video ini adalah rekaman konser yang diadakan Jawad, khususnya untuk keluarga-keluarga dari mereka yang tewas di Karachi. Ketika Jawad menyanyikan lagunya, kamera bergerak di seputar hadirin. Anda bisa melihat putera-puteri, saudara laki-laki dan saudara perempuan, ayah-ibu dan kakek-nenek para korban pada saat mereka mengangkat foto-foto orang-orang yang mereka cintai, yang tewas terbakar api. Anda melihat wajah-wajah yang senyap dengan air mata bercucuran dalam duka dan kepedihan saat mereka mendengarkan kata demi kata dari lagu itu.

Lagu itu memang bertutur tentang kesengsaraan kaum buruh. Tapi lagu itu juga mengatakan bahwa kitalah, kaum buruh, yang memproduksi segala sesuatu, dan bahwa kita tidak akan mentolerir lagi kesengsaraan kita. Pada puncaknya, lagu itu berkata, “Kaum buruh dunia, bersatulah!” Seluruh lagu sangat emosional dan sangat mengharukan. Jelang akhir lagu itu, orang-orang di kerumunan menyanyi bersama Jawad dengan semangat perlawanan. Ketika video berakhir, segenap kongres mengumandangkan lagi, “Inqalab, Inqalab, Socialist Inqalab”. Revolusi, Revolusi, Revolusi Sosialis! Ini menjadi nada bagi sesi penting berikutnya. Seruan itu kemudian disusul oleh Kamerad Rauf Lund, yang membacakan puisi revolusioner lainnya.

Kampanye Pemilu

Kamerad Qamar kemudian mempersilakan Kamerad Lal Khan, yang berbicara tentang kampanye pemilu yang akan datang. Parlemen akan didemisionserkan pada 16 Maret. Pemilu akan digelar sekitar April atau Mei. Lal Khan memaparkan strategi dan taktik dalam pemilu ini.

Pemilu digelar pada saat krisis akut sedang menjangkiti masyarakat Pakistan. Kemiskinan yang memang sudah parah semakin buruk, sementara IMF dan Bank Dunia memperkuat tekanannya terhadap negeri itu. Tapi siapakah yang benar-benar merepresentasikan kepentingan-kepentingan kaum buruh, tani, pengangguran, dan kaum miskin pada umumnya? Partai Rakyat Pakistan didirikan pada akhir dekade 1960-an berdasarkan program sosialis yang radikal. Tapi hari ini, para pemimpin PPP sudah lima tahun duduk di pemerintahan dengan melaksanakan instruksi-instruksi imperialisme, melanjutkan program privatisasi dan pemotongan-pemotongan subsidi untuk kaum miskin. Akibatnya adalah alienasi yang meluas terhadap semua politisi. Semua politisi dipandang sedang mengisi pundi-pundi mereka ketimbang melakukan sesuatu yang serius untuk massa rakyat.

Dalam konteks ini, perolehan suara PPP bisa merosot tajam hingga ke titik 17% setelah melambung tinggi dalam pemilu 2008, dan karena hal ini Nawaz Sharif bisa tampil lagi. Kebanyakan orang sangat mungkin akan menjadi golput, atau, sebagaimana dikemukakan Lal Khan, malah menjual suara mereka sebagai kegunaan satu-satunya dari memiliki hak suara! Setidaknya itu akan memberi makan kepada mereka dan keluarga-keluarga mereka meski hanya untuk sehari!

Lal Khan menjelaskan pandangan Marxis tentang pemilu. Ia menjelaskan bahwa mereka akan berintervensi dan menyuarakan pesan tentang revolusi sosialis di manapun massa berkumpul. Ia menjelaskan peran parlemen dalam demokrasi burjuis, juga peran demokrasi “burjuis” secara umum. Demokrasi “burjuis” bukanlah sebuah sistem, melainkan suatu metode untuk menjalankan sistem. (Sistem itu sendiri adalah kapitalisme, red). Ia mengutip Marx, yang menjelaskan bahwa pemilu di negeri-negeri kapitalis berarti massa rakyat diizinkan untuk memilih setiap lima tahun orang-orang yang akan menindas mereka.

Di beberapa daerah kaum Marxis mungkin akan berhasil dinominasikan sebagai kandidat. Dalam konteks itu, para kamerad akan bermobilisasi untuk membuat suara Marxisme sejati masuk ke dalam parlemen. Tapi, ini bukan tujuan finalnya. Tujuan dari membuat kaum Marxis terpilih dan masuk ke dalam parlemen adalah seperti tujuan para deputi atau wakil Bolshevik dalam Duma atau parlemen-nya Tsar: yaitu mengeksposnya dari dalam dan menyebarluaskan gagasan-gagasan tentang sosialisme revolusioner kepada khalayak yang lebih luas.

Lal Khan menunjukkan bahwa krisis sistem kapitalis tercermin dalam pembusukan di segala tingkatan, dengan korupsi yang merajalela di mana-mana. Tapi krisis itu juga tercermin dalam pembusukan budaya, pembusukan kemanusiaan itu sendiri. Semuanya ini tercermin dalam kondisi politik. Lal Khan menekankan bahwa inilah juga yang terjadi di Eropa. Hanya saja, di Pakistan, krisis ini jauh lebih parah.

Peristiwa-peristiwa di Lahore sehari sebelumnya, pada hari Sabtu, menggarisbawahi krisis ini. Rumah-rumah dan toko-toko dari 160 keluarga Kristen telah dibakar. Orang-orang Kristen itu terpaksa mengungsi. Inilah dalih yang dikemukakan oleh gerombolan pembakar itu: ada seorang Kristen yang bersalah karena melakukan penistaan. Dalam kenyataannya, metode-metode macam begini digunakan oleh para gangster biadab untuk menyerobot tanah dan mengembangkan real estate . Dan negara hanya menonton, tidak berbuat apa-apa!

Lal Khan menunjuk pada banyak “pelawak” di dunia politik Pakistan, dari para Zardari sampai para Sharif. Ia menunjuk pula pada Imran Khan, mullah/ulama yang datang dari Kanada, Qadri, dan para pemimpin MQM yang sovinis. Tidak seorang pun di antara mereka mempunyai solusi yang bisa ditawarkan kepada massa rakyat.

Namun, kaum Marxis tidak berposisi golput dalam pemilu, tapi menggunakan pemilu untuk mengkampanyekan gagasan-gagasan mereka, untuk menunjukkan alternatif yang sejati,  yakni Sosialisme.

Beberapa kamerad dari seluruh negeri berintervensi dalam perdebatan, seperti Ghufran Ahad dari Malakand. Ia mengekspos penipuan demokrasi burjuis. Ia menunjukkan bahwa ketimbang “pemerintahan oleh rakyat” (government BY the people), yang kita miliki adalah “pemerintahan membeli rakyat” (government BUY the people); dan ketimbang “pemerintahan untuk rakat” (government FOR the people), yang kita miliki adalah “pemerintahan yang jauh dari rakyat” (government FAR the people). Kamerad Ghufran Ahad menjelaskan bahwa seorang kandidat Marxis tidak boleh masuk ke dalam parlemen untuk menjadi korup, tapi justru untuk mengekspos sistem yang korup itu.

Paparan Ghufran Ahad disusul oleh Kamerad Asaf dari Rawalpindi. Asaf menggarisbawahi peran kaum muda dalam kampanye. Riaz Lund, yang tampil sebagai seorang kandidat Marxis dalam pemilu 2008 juga angkat bicara. Setiap orang tahu bahwa sebenarnya ia menang dalam pemilu 2008. Tapi hasil penghitungan suara ditahan sampai tiga hari, dan penghitungan dimanipulasi untuk mengalahkan Lund. Kameras Riaz Lund menjelaskan bahwa kaum buruh di Karachi sepenuhnya sadar akan hal ini dan mereka mendukung para kamerad The Struggle. Ia memaparkan bahwa pemimpin MQM, kelompok yang sovinis dan reaksioner yang bertanggungjawab atas terbunuhnya banyak aktivis dalam gerakan buruh, baru-baru ini telah menyatakan bahwa musuh utama mereka adalah “Marxisme”.

Kamerad Kadir dari Peshawar, dengan menggunakan kata-kata Lenin, mengatakan bahwa parlemen ini adalah “dapurnya para pencuri”, sebuah dapur “di mana tidak ada makanan buat si miskin”. Ia berkata bahwa kaum Marxis harus ambil bagian dalam pemilu parlementer, tapi saatnya akan datang ketika alih-alih memberikan suara dengan tangan, mereka akan memberikan suara dengan kaki, yakni ketika mereka bermobilisasi dan bangkit melawan sistem.

Kamerad Kadir disusul oleh Kamerad Adil dari Faisalabad dan Kamerad Ilyas Khan. Kamerad Ilyan Khan menyampaikan pidato yang sangat berapi-api. Ia menggugat apa yang telah dilakukan para pemimpin PPP. Ia memaparkan apa yang harus dilakukan kaum Marxis untuk menawarkan alternatif kepada kaum buruh. Kamerad Rauf Lund mengemukakan bahwa meskipun semua yang lain berupaya memecahbelah rakyat, kaum Marxis bekerja untuk mempersatukan kaum buruh dari berbagai kelompok etnis dan agama.

Selanjutnya seorang kamerad perempuan, Jalila dari Quetta, angkat bicara. Ia berbicara tentang banyaki perempuan yang dibunuh di Pakistan dan kekerasan umum yang dialami kaum perempuan Pakistan. Ia menggambarkan bagaimana ia mengumpulkan bagian-bagian tubuh para perempuan yang tewas dalam ledakan-ledakan bomb, kejadian sehari-hari di Baluchistan. Karena aktivitasnya, sebuah Fatwa dikeluarkan untuk membungkamnya. Tapi Kamerad Jalila tetap bertekad untuk melanjutkan perjuangan. Ia mengakhiri intervensinya dengan sebuah puisi yang dipersembahkan kepada perempuan-perempuan yang dirujuknya dalam pidatonya. Kamerad yang lain membacakan sebuah puisi yang pada intinya mengatakan. “Jangan mempercayai para perampok ini.”

Kamerad Lal Khan kemudian merangkum diskusi, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menyusun benang merah diskusi.

Sesi berikutnya adalah laporan organisasi yang disampaikan oleh Kamerad Paras Jan dari Karachi. Sesi ini diketuai oleh Kamerad Yasir Irshad. Kamerad Paras mengisi sebagian besar pidatonya dengan memaparkan apa yang dituntut dari para kamerad dalam periode krisis yang akut ini. Ia menjelaskan perlunya memastikan bahwa setiap aspek pekerjaan terorganisir secara cermat dan rapi. Ia memandang sangat penting jalannya sel-sel, dan aktivitas rutin harian dan mingguan mereka. Karena sudah ada banyak rekrut muda dalam kurun waktu belakangan ini, sangat perlu untuk mendidik mereka dalam tradisi-tradisi dari metode organisasi Marxis.

Laporan memperlihatkan bahwa kondisi-kondisi obyektif yang berubah telah memacu pertumbuhan keanggotaan pada bulan-bulan terakhir. Laporan juga mendiskusikan kesempatan-kesempatan di tahun yang akan datang.

Serikat Buruh

Laporan Kamerad Yasir Irshad disusul oleh laporan komisi-komisi. Kamerad Nazer Mengal memberikan laporan tentang Komisi Serikat Buruh. Ia menjelaskan bahwa Kampanye Pertahanan Serikat Buruh Pakistan (Pakistan Trade Union Defence Campaign, PTUDC) akan memproduksi pamflet khusus tentang pemilu dalam koran kaum buruh untuk digunakan oleh para kamerad.

Ia juga menjabarkan jumlah serikat buruh dan tempat kerja di mana Tendensi Marxis telah hadir. Tumbuhnya pengaruh Tendensi kita bisa dilihat dari jumlah kamerad dari berbagai serikat buruh yang hadir dalam kongres:

Pakistan Steel Mills (Karachi), Pakistan Railways, Pakistan International Airlines (PIA), Water & Power Development Authority (WAPDA), Karachi Electric Supply Corporation (KESC), Karachi Port Trust (KPT), Post Office, Ordinance Factory Wah Cant, Unilever, Coca Cola, Nestle Kabirwala, Pakistan Tobacco Company, All Pakistan Clerk Association (APCA), Pakistan Telecommunication Authority (PTCL), Merk Pharmaceuticals, Power Looms, Professor & Lecturer Association (Punjab, Sindh, Baluchistan, Kashmir), Young Doctors Association (Lahore General Hospital, Jinnah Hospital Lahore, Children Hospital Lahore, Services Hospital Lahore, Punjab Institute of Cardiology Lahore, Mayo Hospital Lahore, Sir Ganga Ram Hospital Lahore, Nishtar Hospital Multan, Victoria Hospital Bahawalpur, Allied Hospital Faisalabad and District Headquarter Hospitals all over Punjab), Pakistan Institute of Medical Sciences Islamabad, Paramedical Alliance Punjab, EMCO Tiles Lahore, Treet Blade, Rustam Towels Lahore, Jamshoro Power house, Kot Addu Power Company, Pak Arab Oil Refinery, Sui Gas (SNGPL, SSGC), Water and Sewerage Authority, Journalists Union, Oil and Gas Development Corporation (OGDCL), State Bank of Pakistan, Habib Bank, Allied Bank, National Bank, Employees of Municipal Authorities dari seluruh Pakistan, Peasants Associations (Perhimpunan-perhimpunan Tani) dari daerah-daerah yang berbeda.

Kerja Kaum Muda

Kamerad Amjad memberi laporan tentang Komisi Kaum Muda. Ia memaparkan beberapa aktivitas tahun lalu, termasuk dua Sekolah Marxis (satu saat Musim Panas, satu lagi pada Musim Dingin). Komite koordinasi yang baru telah ditetapkan untuk melaksanakan kerja-kerja kaum muda, dengan badan-badan di tingkat regional dan lokal. Tahun lalu daerah-daerah kerja yang baru telah dibuka untuk front pemuda. Daftar organisasi kaum muda dan lembaga pendidikan (yang di dalamnya kamerad-kamerad kita memiliki basis) memberi kita gambaran tentang cakupan bidang aktivitas yang penting ini:

Organisasi Kaum Muda: Jammu Kashmir National Student Federation (JKNSF), Jammu Kashmir Student Liberation Front (JKSLF), Peoples Student Federation (PSF), Baloch Student Organization (BSO), Pashtun Student Organization (PSO), Pashtun Student Federation, Inqilabi Council, Unemployed Youth Movement (BNT), Jammu Kashmir Peoples Student Federation (JKPSF), Peoples Student Federation Gilgit Baltistan.

Universitas & Sekolah Tinggi: Punjab University, Government College University Lahore, University of Engineering & Technology Lahore, FAST University Lahore, LUMS Lahore, MAO College Lahore, National College of Arts Lahore (NCA), University of Central Punjab Lahore (UCP), Services Institute of Medical Sciences Lahore, International Islamic University Islamabad, Government College University Faisalabad, Sarghoda University, Agriculture University Faisalabad, Allama Iqbal Open University, Gorden College Rawalpindi, University of Engineering & Technology Taxila (UET), Peshawar University, Balochistan University Quetta, Khuzdar University, Sarhad University Peshawar, Malakand University, Gomal University D.I. Khan, Gomal Medical College D.I. Khan, Azad Jammu Kashmir Universiry Muzaffarabad (AJK University), MUST University Mirpur, Bahauddin Zikriya University Multan (BZU), Islamia University Bahawlpur, Sindh University Jamshoro, Shah Abdul Latif Bhittai University Khairpur, Liaqat Medical University Jamshoro, Karachi University, Federal Urdu University, Sheikh Zayed Medical College Rahim Yar Khan, Khawaja Fareed College Rahim Yar Khan, Murray College Sialkot.

Kaum Perempuan

Hari Perempuan juga dirayakan dalam kongres. Kaum perempuan buruh dan mahasiswa dari seluruh Pakistan ambil bagian dengan semangat yang revolusioner. Bekerja di kalangan perempuan tidak mudah di Pakistan. Kendati demikian, dalam laporannya tentang Komisi Perempuan, Kamerad Anam menjelaskan bahwa The Struggle memiliki 132 kamerad perempuan, dan lebih dari separuh di antara mereka menghadiri kongres. Kamerad-kamerad kita sepakat untuk bekerja lebih keras untuk merekrut kaum perempuan. Mereka memasang target bagi diri mereka: tahun depan The Struggle akan memiliki 193 kamerad perempuan!

Kata Penutup

Kamerad Fred Weston menutup kongres dengan menyampaikan laporan tentang kerja-kerja internasional IMT. Ia memberikan gambaran tentang negeri-negeri di mana IMT bekerja, dari Amerika Utara ke Amerika Selatan, Afrika, Asia, dan Eropa. Kamerad-kamerad kita mendengarkan dengan seksama ketika Fred memberikan rincian dari tiap-tiap seksi. Laporan-laporan tentang Venezuela dan Brazil secara khusus mendapat apresiasi, seperti halnya laporan-laporan tentang AS, Kanada, dan Meksiko. Para kamerad juga cermat menyimak laporan tentang kerja-kerja di Eropa, di Yunani, Italia, Prancis, Inggris, dan semua negeri lainnya. Mereka memberikan tepuk tangan meriah ketika mengetahui bahwa biografi Ted Grant yang ditulis oleh Alan Woods akan diterbitkan.

Ini merupakan sebuah sesi yang penting, karena hanya beberapa kamerad Pakistan saja yang telah beroleh visa untuk menghadiri konferensi-konferensi internasional IMT dan berjumpa dengan kamerad-kamerad dari negeri-negeri yang lain. Sesi ini adalah yang paling akrab, di mana sebagian terbesar dari mereka pernah berjumpa dengan kamerad dari Internasional. Fred menjelaskan kepada mereka bahwa kamerad-kamerad di seluruh dunia mengikuti dengan seksama kerja-kerja para kamerad Pakistan. Kerja-kerja itu telah menjadi inspirasi bagi kamerad-kamerad di seluruh dunia, sebagaimana kamerad-kamerad Pakistan telah diinspirasikan oleh kerja-kerja seluruh Internasional.

Fred menekankan tugas kunci mendidik semua kamerad dan mempersiapkan mereka untuk menyongsong pertempuran-pertempuran yang akan datang. Ia mengakhiri pemaparannya dengan mendedikasikan sekali lagi kongres itu kepada perjuangan Kawan Ted Grant. Ia menjelaskan bahwa periode yang paling sulit bagi Ted adalah dekade 1950-an, ketika kapitalisme sedang mengalami booming sehebat-hebatnya, Stalinisme kelihatan semakin kuat, dan gagasan tentang revolusi tampak sangat jauh dari dunia kapitalis maju. Tapi Ted memiliki optimisme yang menakjubkan terhadap masa depan. Ia mengerti bahwa kapitalisme telah ditakdirkan untuk masuk ke dalam krisis pada momen tertentu, dan ini akan memperbarui perjuangan kelas. Berkat perjuangan Kawan Ted Grant, IMT eksis hari ini.

Para kamerad menutup kongres dengan menyanyikan Internationale, yang sekali lagi dipandu oleh Kamerad Jawad. Antusiasime yang terpapar dalam momen ini sulit dilukiskan dengan kata-kata. Kita harus ada di sana untuk mengalaminya! Dengan antusiasme dan tekad itu, kita memiliki setiap keyakinan akan keberhasilan kaum Marxis Pakistan di masa depan. ***